Untuk petani walet, kualitas sarang burung walet adalah faktor penentu harga jual yang diterima. Oleh karena itu, selama berbulan-bulan menunggu masa panen, petani selalu berharap untuk mendapatkan sarang walet yang berkualitas. Namun, agar bisa mencapai sarang walet yang berkualitas, beberapa hal perlu diperhatikan, seperti warna sarang yang cenderung putih dan daging sarang yang tebal. Selain itu, petani juga perlu mengetahui beberapa masalah terkait sarang walet yang bisa terjadi selama proses penangkaran, agar dapat dihindari dan meningkatkan kualitas sarang yang dihasilkan. Dengan demikian, petani bisa memperoleh sarang walet yang lebih berkualitas dan memberikan hasil penjualan yang lebih menguntungkan. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas sarang walet adalah hal yang juga perlu diperhatikan oleh petani.
1. Tekstur Sarang
Sarang walet yang telah diambil dari tempatnya memiliki ciri khas berupa bentuk dan tekstur yang padat serta kering. Namun, beberapa kondisi tertentu dapat mengubah sifat tersebut menjadi kenyal dan lentur seperti karet, karena adanya tingkat kelembaban yang sangat tinggi. Bahkan, meskipun sarang walet tersebut ditekan dengan keras, tidak akan pecah dan bentuknya pun akan kembali utuh secara perlahan-lahan. Struktur unik dari sarang walet terkadang begitu mengagumkan, bahkan ketika jatuh ke lantai, bukannya pecah atau hancur, sarang walet bisa saja memantul kembali. Betapa menakjubkannya sarang walet tersebut!
Suasana yang ideal bagi perkembangan sarang karet kenyal dapat tercipta ketika ruangan pada lantai dasar gedung walet mengalami kelembapan yang berlebihan. Tingkat kelembapan yang bisa mencapai lebih dari 100% dapat terjadi pada bangunan yang memiliki jarak pendek antara plafon dan lantai, misalnya hanya dua meter. Musim penghujan juga menjadi faktor yang memperparah kondisi ini. Hal ini menyebabkan liur yang dibutuhkan dalam pembuatan sarang tidak bisa mengering dengan cepat. Sehingga sarang menjadi lembek dan lentur seperti karet setelah selesai dibuat.
2. Warna Sarang
Sarang walet merupakan habitat berbentuk cawan yang umumnya dikenal memiliki warna putih hingga kekuningan. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi variasi warna pada sarang walet. Ada sarang walet yang dapat berubah menjadi nuansa kehitaman secara spontan, sementara ada juga yang berwarna coklat mirip kardus karena pengaruh lingkungan sekitarnya. Selain itu, sarang walet dengan warna hijau lumut, orange, dan bahkan merah bisa ditemukan di alam bebas. Alam yang sungguh luar biasa dengan keindahan yang tidak habis untuk dilihat.
Sarang walet memiliki warna yang unik, yaitu hitam, karena terciptanya dari campuran liur dan bulu burung walet. Bulu menjadi bahan campuran yang penting karena ada dua penyebab utama yang membuatnya terjadi. Pertama, saat musim tertentu, bulu walet akan rontok secara alami dan beberapa bulu ini kemudian digunakan oleh burung walet untuk melapisi sarang mereka. Hal ini membuat kita dapat melihat perbedaan musim bulu ringan dan musim bulu berat pada sarang walet. Penyebab kedua adalah saat burung walet bermigrasi dari gua ke gedung walet. Kebiasaan burung walet membuat sarang yang campuran dengan bulu untuk menjaga agar sarang tetap hangat dan tidak basah di lingkungan gua yang lembab. Meskipun burung walet pindah ke gedung walet, kebiasaan ini masih berlanjut selama beberapa waktu. Namun, perlahan-lahan perilaku tersebut akan berubah sesuai dengan tingkat kelembapan di gedung walet. Akhirnya, burung walet akan membuat sarang putih yang biasa seperti burung walet lainnya yang tinggal di gedung walet. Dengan demikian, warna hitam pada sarang walet tidak hanya sebagai ciri khas, tetapi juga menggambarkan kebiasaan alami dan migrasi burung walet serta pengaruh lingkungan yang memengaruhi pembentukan sarang mereka.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi warna dan kondisi sarang walet yang unik. Salah satunya terjadi ketika sarang terbuat dari kardus coklat, yang muncul karena ruangan yang kotor dan mesin kabut yang selalu aktif. Selain itu, sarang juga bisa menjadi hijau lumut atau memiliki jamur jika suplai air mesin kabut terkontaminasi oleh lumut. Selain itu, sarang dengan warna oren hingga kemerahan bisa terbentuk karena banyaknya kotoran walet yang menumpuk di kamar sempit tanpa ventilasi udara yang cukup. Selama kotoran walet menumpuk di bawah lantai, banyak zat amoniak yang menguap dan mempengaruhi perubahan warna dari putih menjadi merah. Dengan demikian, kondisi unik ini dapat mempengaruhi terbentuknya dan warna yang terkandung dalam sarang walet.
Sarang walet putih dapat mengalami berbagai macam perubahan warna yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebersihan gedung yang kurang terjaga. Namun, ada juga faktor lain yang menyebabkan sarang walet putih mengalami perubahan warna, yaitu kesalahan dalam cara penyimpanan pasca panen. Diketahui bahwa ada beberapa peternak yang melakukan kesalahan dengan mencampurkan sarang walet putih dengan sarang walet kuning dalam satu box yang basah. Hal ini merubah lingkungan dalam box menjadi sangat lembab, sehingga menyebabkan sarang putih terkontaminasi dengan sarang yang kotor. Meskipun begitu, tidak perlu khawatir karena efek kontaminasi yang terjadi hanya pada bagian luar sarang saja dan tidak sampai masuk ke dalam daging sarang. Oleh karena itu, untuk memulihkan sarang walet putih seperti semula, cukup dengan menyemprotkan air bersih secara perlahan pada sarang yang terkontaminasi dan menjemur di tempat teduh. Dengan begitu, sarang walet putih akan dapat pulih kembali dengan baik dan siap untuk dipasarkan. Kesimpulannya adalah, untuk menjaga kualitas sarang walet putih, perlu diperhatikan cara penyimpanannya dan menjaga kebersihan di sekitar gedung walet.
3. Kondisi Sarang
Jika hanya beberapa keping sarang burung walet yang terjatuh dari susunan, maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah yang serius. Namun, apabila terdapat banyak sarang yang jatuh ke lantai, maka dampaknya dapat menjadi serius. Walaupun sarang yang jatuh masih dapat dijual, namun harga yang diterima akan jauh lebih rendah karena terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Misalnya, faktor usia induk burung walet yang masih muda, keadaan papan sirip yang licin, serta musim kemarau yang panas yang menyebabakan tingkat kelembaban yang rendah dan cuaca yang panas di gedung. Oleh karena itu, menjadi penting bagi para peternak burung walet untuk memperhatikan semua faktor tersebut agar sarang burung walet tidak jatuh ke lantai dan kualitasnya tetap terjaga dengan baik.
4. Bentuk Sarang
Sarang walet pada dasarnya mempunyai variasi bentuk yang bermacam-macam. Tidak semua sarang walet memiliki bentuk yang sempurna, karena bisa jadi sarang tersebut kecil, berkerut, berlubang, keriting, bahkan hingga berdaging tipis. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak sempurnanya bentuk sarang. Salah satu faktor tersebut adalah kelembapan rendah. Hal ini membuat walet sulit mengeluarkan air liurnya yang kemudian menyebabkan gelombang dan kerutan pada sarang. Selain itu, sarang walet juga dapat berukuran kecil, terutama pada walet muda yang produksinya masih belum maksimal. Setiap sarang walet memiliki ciri khas tersendiri tergantung pada kondisi produksi liur dan lingkungan tempat sarang tersebut berada. Oleh karena itu, bentuk sarang walet dapat menjadi indikasi mengenai kondisi kesehatan dan lingkungan tempat sarang tersebut berada.
Setiap bulan, memanen sarang walet secara rutin dapat merugikan kesehatan burung walet serta produksi air liurnya. Meskipun panen dilakukan dengan menggunakan sistem tetasan, pengambilan sarang yang berulang-ulang dapat menyebabkan eksploitasi burung walet. Tindakan ini dapat berdampak negatif pada kelenjar tenggorokan burung walet yang sangat penting dalam memproduksi air liur. Jika kelenjar tersebut dipacu terus-menerus tanpa jeda, maka efektivitas produksinya akan terus menurun. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan terhadap faktor kesejahteraan burung walet ketika melakukan panen sarang agar industri sarang walet dapat berkelanjutan.
Sarang walet yang terbuat dari bahan yang tipis memiliki kelemahan dalam menahan beban seperti telur ataupun anak walet. Bahan yang tipis ini cenderung mudah retak dan akhirnya berlubang. Semakin sering anak walet bergerak di dalam sarang, maka semakin lebar retakan yang terbentuk dan sangat berisiko menjadi bahaya bagi anak walet itu sendiri. Selain itu, sarang walet yang tipis juga lebih rentan menjadi target kecoa yang akan merusak sarang tersebut dengan membuat lubang-lubang di dalamnya. Hal ini juga menjadi ancaman bagi kaki anak walet yang bisa terperangkap di dalam lubang tersebut, dan sangat berisiko menyebabkan kecelakaan hingga kematian pada anak walet yang terjebak. Oleh karena itu, penting untuk memastikan tingkat kelembapan gedung memenuhi persyaratan ideal antara 70% hingga 95%, agar sarang walet dapat memiliki bentuk yang sempurna dan ketebalan yang baik sehingga dapat menjadi tempat yang aman bagi walet untuk berkembang biak dengan baik. Dalam upaya untuk mencapai hal ini, pemilik sarang walet dapat mempertimbangkan untuk menggunakan bahan-bahan yang lebih tebal dan kokoh agar sarang walet dapat bertahan lebih lama. Selain itu, perlu juga dilakukan perawatan secara berkala guna menjaga kualitas dan kebersihan sarang walet sepanjang waktu. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka sarang walet dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para walet yang tinggal di dalamnya.